Misteri Paket Biru
“Farid....”
suara itu terdengar oleh Farid. Farid yang masih memakai tasnya dan hendak
masuk ke dalam kelasnya, kemudian terhenti dan berbalik menebak-nebak darimana
asal suara yang sudah tidak asing lagi baginya itu. Sosok bernama Rangga itu
dengan langkah pasti menuju Farid.
“Farid
ini” ucap Rangga sambil memegangi sebuah amplop berwarna merah muda ketika
berada tepat di depan Farid. Farid hanya diam saja dengan wajah yang biasa.
Sebagai sahabat yang sudah mengenal luar dalamnya Farid. Bagi Rangga sikap
Farid itu bukanlah hal yang aneh lagi.
“Ini
surat buat kamu, dari Rita” lanjut Rangga.
“Oh...”
balas Farid datar.
“Oh
bagaimana?, ini buat kamu”. Tanpa banyak kata lagi, Farid lalu mengambil amplop
yang berada di tangan kanan Rangga dan langsung memindahkan amplop tersebut ke
dalam tabung tanpa tutup yang ada di depan kelasnya.
“Kenapa
kamu buang?, baca dulu kek isinya apa” Kata Rangga dengan nada kesal. Bell masuk kemudian
berbunyi. Farid masuk kelas dan diikuti Rangga yang duduk di samping Farid.
Rangga tidak melanjutkan pertanyaannya. Rangga yang sebenarnya sudah tahu bahwa
akhirnya pasti dibuang juga, sudah mengatakan ke Rita, tapi Rita tetap memaksa Rangga untuk
menyampaikan amplop itu.
Farid
memang tidak sedikitpun memikirkan berapa banyak yang suka padanya. Farid
memang amat sangat tidak tertarik untuk memikirkan hal semacam itu. Mungkin
karena masa lalunya atau karena dia telah lebih dulu menyukai seseorang, Rangga
juga tidak tahu. Farid sama sekali tidak bisa dipancing untuk membahas hal
semacam itu meskipun oleh sahabatnya sendiri. Farid sama sekali tidak tertarik
pada Sisil yang modis, kaya, dan rela bolak-balik salon demi menarik perhatian
Farid. Atau bahkan Rasty yang populer, cantik, yang banyak disukai teman-teman cowok satu
sekolahan pun tidak bisa membuat Farid memperhatikannya sedikitpun. Farid tidak
sedikitpun menganggap mereka ada. Karena menurut Farid itu hanya akan menjadi
masalah baginya.
Sepulang
sekolah Rangga ikut ke rumah Farid. Sesampainya di rumah. Rangga dan Farid baru
saja melepas sepatu dan tiba-tiba telepon berbunyi. Farid pun menuju sumber suara itu dan
kemudian mengangkat telepon tersebut.
“Assalamu’alaikum”
tidak ada jawaban yang terdengar dan tiba-tiba telepon itu terputus. Farid
dan Rangga menuju kamar Farid.
“Siapa
yang telepon?
Kok cepet banget?” tanya Rangga, sambil mengutak-atik tumpukan kaset milik
Farid.
“Gak
tahu tuch, teleponnya langsung terputus”
“Oh...”
Kemudian
terdengar bell berbunyi. Menyadari itu Farid pun turun dari tempat tidurnya dan
kemudian menuju pintu depan. Setelah dibukanya pintu ternyata tidak ada seorang
pun, hanya ada paket berbentuk persegi berwarna merah marun. Paket itu kemudian
dibawa Farid ke kamarnya.
“Rangga
tadi waktu aku buka pintu ternyata tidak ada orang hanya ada paket ini” kata
Farid sambil meletakkan paket tersebut di lantai.
“Coba
saja kamu buka” Jawab Rangga yang tengah berbaring di tempat tidur sambil
bernyanyi-nyanyi mendengar musik yang di putarnya.
(To Be Continue...)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar