HUJAN
Matahari
yang terik siang itu sedikitpun tidak menampakkan diri. Awan yang kelabu
berlari-lari lembut menyapa di pelosok kota. Rangga yang baru saja tiba di
rumahnya sangat bersyukur dapat mengalahkan kecepatan awan-awan hitam itu.
Tidak lama kemudian turun hujan. Dan Rangga yang merencanakan untuk pulang
lebih cepat dari biasanya, akhirnya sampai di rumah tanpa harus menerima
serangan dari titik-titik hujan yang siap menyerbunya siang itu. Tetapi Rangga
tidak menikmati kebahagiaannya itu terlalu lama. Teringat kasus yang tengah
dihadapi ayahnya. Ayahnya dituduh korupsi.
Memang hal itu belum terbukti namun tuduhan itu cukup
membuatnya menjadi tidak semangat akhir-akhir itu. Tuduhan itu tidak sedikitpun
membuat Rangga takut akan dikucilkan atau bahkan kehilangan teman-temannya
meskipun dia tahu bahwa itu semua akan berdampak padanya ketika pada koran
halaman pertama tertulis berita utama tentang kasus ayahnya. Rangga hanya
memikirkan ayahnya, berulang kali Rangga meyakinkan dirinya, ayah tidak
mungkin melakukan hal itu, itu hanya tuduhan, itu hanya cobaan untuk kami, Ya
Allah tetaplah tabahkan hati kami.
Rangga yang tergolong kaya, wajahnya dan kecerdasannya
cukup membuatnya kian sempurna dan tidak pernah kekurangan teman, bahkan juga
penggemar. Meski begitu Rangga bukanlah orang yang tega menggunakan harta milik
ayahnya untuk sekedar berfoya-foya. Rangga juga bukan orang yang memanfaatkan
kepopulerannya untuk kepentingan pribadinya.
“Rangga kenapa kamu disitu, ayo masuk nak, nanti kamu
sakit” Ucap ayahnya yang kini membuat Rangga tersentak dan langsung masuk
rumah. Ayahnya yang telah berpakaian rapi disalami Rangga yang baru tiba di
rumah.
“Ayah mau kemana?” tanya Rangga.
“Ayah mau pergi dulu untuk membicarakan kasus ini dengan
pengacara ayah. Rangga ketahuilah bahwa ayah tidak pernah melakukan hal ini.
Doakan ayah agar kasus ini cepat selesai”
“Iya ayah” kemudian ayah Rangga pun pergi mengendarai
mobil pribadi dan kemudian hilang dari kejauhan. Hujan masih saja menyerbu kota
itu. Malah semakin deras. Rangga pun mencari ibunya dan menyalami ibunya,
kemudian dia menuju kamarnya. Rangga merasa lelah setelah berlari dari sekolah,
meskipun jarak rumah dan sekolahnya tidak begitu jauh karena potong kompas.
Sebelumnya Rangga ditawarkan menggunakan kendaraan pribadi oleh ayahnya tapi
Rangga menolak dengan alasan lebih suka melewati jalan setapak. Menurut Rangga
jalan setapak yang banyak ditumbuhi rumput liar itu sangat indah, apa lagi
wangi rumput yang terbawa angin di pagi hari yang makin menambah semangatnya.
Pagi itu sesampainya disekolah. Hari-hari Rangga seperti
biasanya. Sejak pagi para penggemarnya mulai mencuri-curi pandang ke arahnya,
dia hanya membalas dengan senyuman biar tidak terkesan sombong, tapi senyuman
itu sudah cukup membuat para penggemarnya tidak ingin berkedip meskipun hanya
sedetik. Bell istirahat berbunyi.
“Rangga ini ada tugas dari guru, tolong disampaikan ke
teman-teman” kata Rita, teman sekelas Rangga sambil menyodorkan kertas kecil
berisi beberapa kata dan angka di dalammya.
“Terima kasih” balas Rangga singkat. Rangga pun lalu
menyampaikan ke teman sekelasnya tentang tugas tersebut. Tidak lama kemudian
anak dari kelas lain masuk menuju ke arah Rangga yang hanya duduk di bangkunya
sambil membaca sebuah buku. Mereka ingin mengajak Rangga ke kantin namun Rangga
hanya menolak dengan baik-baik walau telah dipaksa berkali-kali. Rita adalah
teman satu kelas Rangga yang tidak pernah memperlakukannya dengan istimewa
seperti teman-teman lainnya. Rita dan Rangga pun tidak pernah memikirkan itu
meskipun hanya sesaat. Tapi mereka memang tidak memperlakukan orang lain dengan
istimewa. Teman yang kaya, miskin, populer, culun atau bahkan yang jelek menurut
pandangan teman-temannya pun hanya disikapi dengan biasa.
Sesampainya di rumah Rangga menyalami kedua orang tuanya.
Mereka terlihat sedih. Rangga yang baru pulang langsung bertanya dengan
perasaan bingung yang melanda batinnya. Meskipun dia merasa capek dan belum
sempat beristirahat barang sejenak.
“Ayah dan Ibu kenapa sedih?” Rangga yang membuka
pembicaraan disambut awan mendung yang mulai menghitam. Hujan gerimis mulai
turun, suara pohon tertiup angin terdengar sangat jelas. Ayah dan Ibu Rangga
terdiam sebentar.
“Nak tinggal beberapa bukti lagi dan ayah akan di vonis”
jawab Ayah dengan suara yang tidak tegas seperti biasanya.
“Ayah, Rangga percaya ayah tidak melakukan hal itu, ayah
harus tetap berusaha” Rangga kemudian menuju kamarnya. Dia sholat dan berdoa
terutama untuk ayahnya.
Keesokan harinya, kasus ayah Rangga tertera di koran
pagi. Tapi Rangga langsung menyiapkan fisik dan mentalnya untuk tetap ke
sekolah, meskipun Rangga merasa sangat sedih. Orang tuanya mampu membaca
kesedihannya namun Rangga berusaha agar menyembunyika kesedihannya meski sulit.
Dalam perjalanan Rangga terus saja tersenyum untuk
menghibur dirinya sendiri. Sesampainya di sekolah, hal yang berbeda dari
biasannya. Saat itu teman-temannya terus membicarakan gosip-gosip miring
tentangnya, sepanjang perjalanan menuju kelasnya, Rangga di pandang sinis
teman-temannya, juga para penggemarnya, Rangga tahu itu. Tapi dia tetap
bersikap biasa, mencoba untuk tegar sambil membisikkan kata semangat untuknya
sendiri.
Tiba saat pulang Rangga tidak langsung pulang ke rumah,
dia duduk di atas batu besar yang ada di jalan setapak jalan pintasnnya sambil
terdiam. Bahkan hujan deras yang mengguyurnya seperti tidak lagi dirasakannya.
Dia teramat sedih. Kemudian sesosok datang memayunginya yang sudah basah kuyup.
Ketika itu Rangga tersadar dari lamunannya dan berbalik, ternyata Rita,
kemudian Rita mencoba membujuknya Rangga untuk segera pulang.
Pabrik Lounger Rotan Natural
BalasHapusPabrik Lounger Rotan Natural
Pabrik Lounger Rotan Natural
Pabrik Lounger Rotan Natural
Pabrik Lounger Rotan Sintetik
Pabrik Lounger Rotan Sintetik
Pabrik Lounger Rotan Sintetik
Pabrik Lounger Rotan Sintetik
Pabrik Lounger Rotan Sintetis
Pabrik Lounger Rotan Sintetis
Pabrik Lounger Rotan Sintetis
Pabrik Lounger Rotan Sintetis
Pabrik Mebel Rattan Synthetic
Pabrik Mebel Rattan Synthetic
Pabrik Mebel Rattan Synthetic
Pabrik Mebel Rattan Synthetic
Pabrik Mebel Rotan
Pabrik Mebel Rotan
Pabrik Mebel Rotan
Pabrik Mebel Rotan
Pabrik Mebel Rotan Alami
Pabrik Mebel Rotan Alami
Pabrik Mebel Rotan Alami
Pabrik Mebel Rotan Alami
Pabrik Mebel Rotan Natural
Pabrik Mebel Rotan Natural
Pabrik Mebel Rotan Natural
Pabrik Mebel Rotan Natural
Pabrik Mebel Rotan Sintetis
Pabrik Mebel Rotan Sintetis
Pabrik Mebel Rotan Sintetis
Pabrik Mebel Rotan Sintetis